Senin, 20 April 2020

Corona Merajalela, Nasib Mahasiswa Bagaimana?

Corona Merajalela, Nasib Mahasiswa Bagaimana?
|

Oleh : Intan Marhani (1709618075)
S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran - Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
Dosen Pengampu : Marsofiyati, S.Pd, M. Pd

Keluh Kesah Mahasiswa dalam Mengerjakan Skirpsi di Tengah Pandemi ...
Ilustrasi virus corona yang berdampak pada perguruan tinggi

Dunia saat ini sedang dilanda sebuah pandemi yang menyebabkan lumpuhnya sebagian kegiatan operasional negara. Apalagi sebabnya kalau bukan karena adanya virus Covid-19. Menurut Worldometers virus Covid-19 telah menginfeksi lebih dari Sembilan ratus ribu kasus dilaporkan dari seluruh dunia. Virus ini telah berhasil melumpuhkan lebih dari 200 negara termasuk Indonesia dan menyebabkan perubahan-perubahan yang sangat signifikan.

Untuk pertama kalinya Presiden Joko Widodo mengumumkan dua orang warga negara Indonesia yang  terinfeksi virus Covid-19 tanggal 2 Maret 2020, itu artinya sudah lebih dari satu bulan Indonesia dilanda pandemi virus corona. Virus ini menyebabkan tidak efektifnya segala kegiatan, bukan hanya di bidang ekonomi saja yang merasakan tetapi bidang pendidikan juga membutuhkan perhatian.

Terhitung sejak tanggal 17 Maret 2020 semua sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia mulai menerapkan kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi para peserta didiknya. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah  tersebut dilakukan dalam rangka pencegahan penyebaran virus Covid-19.

Sebenarnya peraturan tentang Pendidikan Jarak Jauh ini sudah ada sejak tahun 2012 yangmana tercantum dalam Undang-Undang Perguruan Tinggi Nomor 12 yang menjelaskan bahwa PJJ diterapkan untuk pembelajaran yang tidak bisa dilakukan secara reguler atau dengan tatap muka. Dengan melihat kondisi saat ini membuat PJJ menjadi salah satu cara yang dirasa efektif untuk digunakan dalam dunia pendidikan Indonesia.

Tanpa membutuhkan proses lama, semua perguruan tinggi di Indonesia langsung menerapkan kebijakan PJJ bagi seluruh mahasiswanya, tidak terkecuali Universitas Negeri Jakarta. Bahkan yang semula peraturan PJJ ini diberlakukan sampai bulan April menjadi diperpanjang selama satu semester. 


Pemerintah Perlu Evaluasi Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh ...


Berdasarkan informasi dari Detikmanado.com, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menggandeng beberapa platform yang bisa digunakan untuk belajar online, diantaranya ada Google Classroom, Zoom, Kelase, Kelas Pintar, Sekolahmu, Zenius, Ruang Guru, Quipper.

Sudah satu bulan dari pelaksanaanya, PJJ dirasa masih kurang efektif dan menimbulkan beberapa kendala. Yang semula direncanakan untuk memberikan kemudahan dalam proses pembelajaran tapi justru malah membuat beban tersendiri bagi para mahasiswanya. Beberapa dampak yang dirasakan mahasiswa mulai dari perubahan cara belajar, biaya lebih yang harus dikeluarkan untuk membeli kuota, hingga dampak yang mempengaruhi psikologis mahasiswa mulai bermunculan menjadi permasalahan baru.

Dilansir dari Kompasiana,com¸permasalahan yang timbul bagi mahasiswa semenjak diberlakukannya kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh ini ini adalah terkait tugas yang diberikan oleh masing-masing dosen terlalu banyak, sehingga menimbulkan penumpukan tugas. Selain itu, mahasiswa juga mengeluhkan tentang kendala yang muncul saat permbelajaran daring muncul dari permasalahan jaringan web yang lelet, sinyal yang tidak mencukupi, hingga teknologi yang kurang memadai.

Berdasarkan hasil wawancara singkat dari beberapa pertanyaan yang diajukan kepada teman-teman penulis menunjukkan jawaban yang lebih memilih kepada pembelajaran secara tatap muka bukan melalui Pembelajaran Jarak Jauh.

“Lebih suka pembelajaran secara langsung karena lebih masuk materinya.”

“Lebih enak tatap muka, karena materi lebih mudah dicerna dan bisa langsung bertanya pada dosen apabila kurang paham dengan pelajaran.”

“Pembelajaran Jarak Jauh tugasnya lebih banyak.”

Jika dilihat dari beberapa pendapat di atas menunjukan bahwa semenjak diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh pada tingkatan mahasiswa memberikan respon yang kurang positif. Sehingga cara yang semula digunakan untuk menjadi jalan keluar bagi permasalahan ini malah menimbulkan kendala baru bagi para mahasiswa.

Belum lagi kendala susah sinyal yang harus dirasakan oleh sebagian mahasiswa yang sudah pulang ke kampung halamannya semenjak mewabahnya virus corona.

“Sebenarnya lebih enak Pembelajaran Jarak Jauh, karena bisa bertemu dengan keluarga setiap hari, tetapi kendalanya ada di sinyal. Kalau mau searcing internet lola, mau upload tugas juga susah jadinya harus cari lokasi yang sinyalnya bagus,” ungkapan salah satu  mahasiswa yang tinggal di desa.

Dari beberapa ungkapan tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya Pembelajaran Jarak Jauh ini memberikan dampak yang sangat signifikan bagi para mahasiswa. Bukan hanya dampak positif saja tetapi juga masih muncul kendala seiring kebijakan tersebut diberlakukan.

Oleh karena itu perlunya kerjasama dari berbagai pihak untuk mensukseskan Pembelajaran Jarak Jauh ditengah wabah virus yang sedang melanda. Bukan hanya kesiapan mahasiswa yang dituntut untuk mengikuti pembelajaran secara daring dengan baik, tetapi juga perlu adanya pengertian dari dosen mengenai kendala-kendala yang sudah disebutkan sebelumnya. Agar tetap tercipta pembelajaran yang kondusif ditengah situasi yang pasif. 



-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Artikel ini dibuat untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Matakuliah Komputer Administrasi.

Referensi :

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar